Lampiran
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
I. Identitas Klien
Nama klien Umur Jenis kelamin Suku Status Pekerjaan Agama Alamat MRS Postur tubuh Penampilan
Kebiasaan
Informasi | : Nn. G. : 47 Tahun : Perempuan : Tionghoa : Gadis : Tidak bekerja : Budha. : Gg.Darmawan V RT :04, RW 04 Sawah Besar Jak-pus. : Tahun 1979. : Klien tampak kurus, TB: 160 cm, BB: 52. : Kulit bersisik, pakaian jarang ganti, gigi kuning banyak yang tanggal : rambut kotor banyak ketombe, : Sering menyendiri di lantai dekat dekat tempat tidur, suka bersih-bersih (membersihkan kamar mandi, ruangan), cuci piring. : Klien, keluarga dan perawat ruangan serta status klien. |
II. Persepsi dan harapan klien / keluarga
a. Persepsi klien tentang masalah
Klien mengatakan bahwa bahwa klien merasa kesal dengan sudara-saudaranya, klien dirumah kerjanya hanya bersih-bersih got sedangkan saudaranya enak-enak saja. Setiap Klien bercerita ttg keadaan dirumahnya nada suaranya agak meninggi dan menangis dan langsung berhenti menangis, klien mengatakan selalu ingin pulang.
b. Persepsi keluarga tentang masalah
Keluarga mengatakan mungkin klien tidak akan sembuh dan anggota keluarganya tidak ada yang sakit jiwa seperti klien.
c. Harapan klien tentang pemecahan masalah
Klien ingin sembuh dari sakit, ingin pulang seperti keluarganya yang lain, tidak dirumah sakit terus sehingga dapat melakukan suatu kegiatan dirumah.
d. Harapan keluarga tentang pemecahan masalah
Keluarga menginginkan klien ingin sembuh dari sakitnya, tidak marah-marag, apalagi amuk, ingin seperti orang pada umumnya. Keluarga kalau memang belum sembuh biar saja di rumah sakit dulu karena keluarga tidak bisa mengatasi, dan prilaku klien membuat keluarga dan lingkungannya terganggu.
III. Pengkajian Psikologis
a. Status emosi
Ekspresi emosi sesuai dengan perasaanya namun klien sulit dalam mengungkapkan perasaannya, klien suka marah-marah pada klien lain dan merasa curiga, Katanya ada yang mengambil uangnya. Kalau melihat orang yang belum pernah dikenalnya memperlihatkan kecurigaan.
b. Kosep diri
Body image : Klien mengatakan malu badannya kotor rambutnya gundul/ sedikit jadi jelek.
Ideal Diri : Klien mengatakan ingin bisa bekerja tanpa orang lain mengejek, klien mengatakan ingin membantu keluarganya .
Harga Diri : Klien merasa selama ini dibuang oleh keluarganya, tidak diperhataikan , karena selama ini dianggap selalu mengganggu.
Fungsi Peran : Klien merasa bahwa dirinya selama ini tidak seperti orang lain atau orang lain, karena suka marah -marah sehingga tidak ada yang mau dekat.
Identitas Diri : Klien menilai dirinya tidak seperti oarang lain bebas kemana-mana sebagai wanita harus punya pasangan dan keluarga.
c. Gaya komunikasi
Secara Verbal : Bicara klien dapat ditangkap, tetapi kadang melompat-lompat tidak sesuai dengan apa yang sedang dibicarakan. Nada suara klien setiap bicara agak tinggi.
Secara Non Verbal : Kalu sedang bicara tangan selalu memperagakan, vena Jugularisnya membesar, sering bicara sambil melotot.
d. Pola interaksi
Klien memberi respon hanya pada orang yang sudah dikenal. Klien lebih banyak berhubungan dengan wanita dari pada laki-laki. Tempat tidurnya terpisah dengan klien lain. Klien sering masuk ke kamar lain untuk mengontrol klien yang lain. Klien kenal dengan semua klien yang ada diruang Melati tetapi tidak saling berinteraksi.
e. Pola pertahanan
Upaya klien untuk mengatasi masalahnya : jalan-jalan , mondar-mandir, nonton TV dan marah-marah untuk mengungkapkan kejengkelannya, serta membersihkan lingkungan, misalmya : sampah, cuci piring membersihkan bak mandi dan ngepel.
IV. Pengkajian sosial
a. Pendidikan dan pekerjaan :
Pendidikan terakhir sebagai siswa SD tidak tamat (klas IV). Selama ini belum pernah kerja mandiri dan dapat penghasilan, klien pernah bekerja di toko keluarganya untuk membantu keluarganya. Pekerjaan dirumah, bersih-bersih, masak, cuci pakaian.
b. Hubungan sosial
Selama ini klien tidak punya teman dekat baik di rumah maupun di rumah sakit klien tidak suka laki-laki karena anggapan klien, laki-laki ( Dokter/ mantri membuat orang mati ). Klien jarang berhubungan dengan orang lain, dirumah jarang juga berhubungan dengan keluarganya, habis bersih-bersih tidur, dirumah sakit juga jarang ngomong-ngomong dengan klien lain bila ketemu diam. Di rumah sakit klien lebih senang sendiri ,kamarnyapun sendiri, klien sering ngontrol kamar-kamar klien lain tapi tidak berinteraksi. Klien sering menyuruh klien lain, dan klien lain ketakutan. Klien sering marah-marah pada klien lain sehingga mereka jadi takut mendekat.
c. Faktor sosial budaya
Klien beragama Budha , selama di rumah sakit tidak pernah mengikuti kegiatan kerohaniaan. Selama di rumah sakit klien mendapat kiriman untuk kebutuhannya dari keluarga. Klien bisa diajak komunikasi.
d. Gaya hidup
Klien dulunya lahir dan tinggal di Medan, selama di rumah klien menghabiskan waktu untuk sekolah dan membantu di toko orang tuanya, saat ini keluarga klien tinggal di Jakarta, klien juga membantu orangtuanya jualan di toko dan bersih-bersih di rumah.
V. Pengkajian Keluarga
Klien adalah anak pertama dari delapan bersaudara, klien tinggal bersama orang tuanya. Sumber pengasilan utama adalah adik-adiknya. Hubungan antara kakak beradik tidak begitu hangat dan harmonis setelah klien dirawat di rumah sakit. Klien merasa takut dengan mamanya, namun klien lebih dekat dengan mamanya dibanding dengan saudara yang lain.
62
48 33 30 28 26 25 23 20
VI. Pengkajian Kesehatan Fisik
A. Masalah kesehatan yang lalu dan sekarang
Penyakit dan perawatan di rumah sakit yang lalu
Pada tahun 1977 klien pernah dirawat di rumah sakit jiwa bogor dengan diagnosa yang sama. Pada tahun 1978 klien dirawat di RSCM selama Dua bulan dengan diagnosa medis Schizoprenia disorder Paranoid . Untuk gangguan kesehatan fisik belum pernah di rawat.
Penyakit sekarang.
Di rumah sakit jiwa Grogol Jakarta pertama kali masuk th 1979 sampai sekarang dengan diagnosa medis schizoprenia paranoid. Penyakit fisik tidak ada.
B.Kebiasaan kesehatan sekarang.
Penampilan diri
Klien tampak kurang bersih rambut kotor berketombe, baju jarang ganti, kadang-kadang klien hanya mandi satu kali sehari tidak pernah pakai sabun meskipun sabunnya ada, tetapi klien menggosok gigi.
Sikap tubuh, klien berjalan tegap, kebiasaan suka tiduran di lantai ,kuku panjang dan kotor, kulit bersisik banyak daki.
Rokok : Klien merokok satu hari sampai satu bungkus
Minuman keras : klien tidak pernah minum-minuman keras.
Pola tudur : Tidur malam pukul 22.00 sampai 05.00 Wib. Tidur siang tidak menentu. Kadang-kadang tidur pagi kalau klien kecapaian. Saat klien lain tidur kurang lebih jam 12.00. klien malah jalan-jalan nonton TV.
Pola makan : Setiap hari klien dapat jatah makan dari rumah sakit, 3x sehari. Setiap pukul 10.00 klien dapat bubur kacang. Klien tidak mau makan bersama dengan klien lain, klien makan sendiri di ruang tamu atau di kamarnya. Klien tidak sedang menjalankan diit tertentu.
Pola elimunasi : Bak 4 - 5 x perhari, Bab 1 x perhari pada pagi hari.
Tingkat aktivitas : klien cukup aktip dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Misalnya ; bersih-bersih sampah , kamar mandi, cuci piring , membersihkan tempat tidur, melakukan perawatan diri ( kadang-kadangmandi satu hari sekali tanpa sabun
Tingkat energi : Klien cukup energi jarang tiduran , jalan-jalan, melakukan ADL.
VII. Status / Keadaan Mental
A. Kebenaran Data :
Dalam memberikan informasi kadang membingungkan, kata-kata klien sering melompat-lompat, tidak sesuai dengan pembicaraan yang sedang berlangsung. Validasi data : Apa yang dikatakan klien dan keluarganya sama kacuali apa yang dikatakan klien kalau lagi di rumah klien tidak marah-marah, sedangkan menurut keluarganya bila klien di rumah selalu marah-marah. Klien memanipulasi data.
B. Status Sensori :
Klien dalam berkomunikasi dengan perawat nada suaranya keras , Kadang-kadang klien menanyakan kembali apa yang disampaikan perawat ( klien merasa kurang jelas ).
C. Status Persepsi
Tidak ada halusinasi, namun tingkat kecurigaannya tinggi. Klien merasa orang lain mengejek, menghina dan mengolok-olokkannya.
D. Status Motorik
Status motorik baik : Bicara lancar dan mudah dimengerti, pergerakan anggota gerak baik : berjalan, lari, membungkuk.
E. Afek
Bila klien marah nada suara tinggi, wajah tegang, menyeringai, mata melotot. Kalau melihat orang seperti menyelidik.
F. Orientasi
Klien mengenal orang yang berada di sekitarnya, waktu ,hari, dan tanggal, bahkan kalau pulang cuti ( Sabtu, Minggu ) klien pulang sendiri. Klien juga sadar kalau dia berada di rumah sakit jiwa .
G. Ingatan
Klien mudah ingat tentang suatu kejadian dan apa yang diinformasikan.
H. Daya Tilik Diri ( Insight )
Klien belum mampu bereaksi sesui realita, klien beranggapan bahwa prilakunya baik-baik aja (klien marah kalau ada yang menghina dan memojokkan). Klien belum mengetahui apa penyebab prilakunya dengan keadaan realita.
VIII. A. Diagnosa Medik
Schzoprenia Paranoid
B. Program Pengobatan Medik
Obat-obat yang didapat :
CPZ : 100 mg. 3 X perhari
THP : 3 X 2 mg perhari
Ceradol 3 X 5 mg
ANALISA DATA
KLASIFIKASI DATA | MASALAH |
10 April 1997
11 April 1997
|
Marah yang tidak konstruktif.
Potensial melukai orang lain /Amuk.
Penampilan diri kurang adekuat
Kurang berminat dalam kebersihan.
|
Tanggal 17-4-97
Tanggal 24-4- 97
|
Gangguan hubungan sosial; menarik diri
Curiga.
|
Urutan Diagnosa Keperawatan sesuai prioritas.
Potensial melukai orang lain /diri sendiri sehubungan dengan ketidakmampuan klien dalam mengungkapkan marah secara konstruktif.
Menarik diri sehubungan curiga.
Penampilan diri kurang sehubungan dengan kurang berminat dalam kebersihan diri.
|
| RENCANA | KEPERAWATAN | JIWA |
|
|
|
|
|
|
|
NO/ | Diagnosa |
| Perencanaan |
|
|
Tgl | Keperawatan | Tunjuan | Kriteria Evaluasi | Timdakan Keperawatan | Rasional |
I |
|
|
|
|
|
10-4-97 | Potensial melukai diri sendiri dan orang lain/amuk s/d Ketidak mampuan klien mengungkapkan marah secara konstruktif. DS :
DO :
| Tupan : Tidak melukai orang lain, diri sendiri dan mampu mengung-kapkan marah yang konstruktif.
Tupen :
|
1.1. Setellah dua kali pertemuan klien mau berinteraksi dengan perawat
|
1.1.1. Sapa klien dengan ramah baik secara verbal maupun non verbal
1.1.2. Pertahankan sikap pera-wat secara konsisten.
|
Hubungan saling percaya akan menurunkan rasa keterancaman klien terhadap stimulus yang berasal dari perawat , sehingga tercipta hubungan terapeutik.
Sikap yang konsisten akan meningkatkan kepercayaan klien terhadap perawat, dan klien merasa bahwa perawat tahu akan kebutuhannya.
|
|
|
| 2.1. Setelah dua kali pertemuan klien dapat mengungkapkan apa yang membuat dia marah.
| 2.1.1. Beri respon pd klien dgn tenang dan tidak mengancam.
2.1.2. Dorong klien untuk meng-ungkapkan hal-hal yang menye-babkan marah.
Bicara mudah dimengerti | Memberi respon pd klien menandakan perawat mene-rima kehadiran klien secara utuh, hal ini merupakan lang-kah awal komunikasi yg terapeutik dan mempermudah intervensi selanjutnya.
Dengan bantuan perawat diharapkan klien mampu mengungkapkan penyebab marahnya dan klien dapat mengenal marahnya. |
|
|
| 3.1. Setelah Dua kali pertemuan klien mampu menyebutkan minimal 3 tanda-tanda marah dari tanda-tanda fisik yang biasa terjadi.
| 3.1.1 Dorong klien untuk meng-ungkapkan / mengenal tanda-tanda saat klien marah yg diketahui klien.
3.1.2. Diskusikan dgn klien tentang tanda-tanda yang biasa terjadi pd orang marah.
| Dgn mampunya mengemu-kakan / mengenal tanda-tanda saat klien marah, klien dapat mengidentifikasi tanda ma-rahnya.
Dgn tahunya tanda-tanda marah bagi klien dapat mengidentifikasi diri sendiri dan orang lain kalau kondisi spt itu adalah sedang marah.
|
|
|
| 4.1. Setelah 4x pertemuan klien mampu mendemontrasikan cara-cara klien dalam mengatasi marah yang selama ini dilakukan.
| 4.1.1 Dorong klien untuk menga-takan cara-cara yang dilakukan bila klien marah.
4.1.2. Perhatikan klien dan ber-sikap terbuka menerima saat klien sedang mendemontrasikan koping-nya.
4.1.3. Diskusikan bersama klien tentang aspek negatif bila mengekpresikan marah cara tidak konstruktif dan bagaimana cara-cara yang baiknya.
| Dgn mengetahui cara-cara yang telah dilakukan klien sebagai bahan untuk inter-vensi selanjutnya, dan dgn menghargai upaya klien akan terbina hubungan saling percaya antara perawat dan klien.
Perhatian yang penuh akan memungkinkan klien untuk lebih percaya diri dalam mengekpresikan prilakunya.
Pilihan baik dan buruk sangat penting saat klien untuk mempertimbanglkan, sehingga klien sendiri yang akan memutuskan. |
|
|
| 5.1. Setelah 6x pertemuan, klien mampu menilai dan menjelaskan cara marah yang konstruktif.
| 5.1.1. Diskusikan dgn klien cara mengungkapkan marah yang konstruktif.
| Membantu klien untuk mema-hami atau meningkatkan pengetahuan klien tentang cara mengungkapkan marah yang bisa diterima orang lain, tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. |
|
|
|
|
5.12. Dorong minat klien untuk belajar mengungkapkan marah secara konstruktif.
5.1,3. Anjurkan dan dorong klien untuk memberi contoh marah yang konstruktif
|
Adanya motivasi akan menimbulkan sikap yang konstruktif dlm mengeks presikan marah.
Menunjukkan realita marah yang konstruktif.
|
|
|
| 6.1. Setelah 6x pertemuan klien dapat memperlihatkan prilaku yang menunjukkan cara pengungkapan marah yang konstruktif.
| 6.1.1.Diskusikan dgn klien tentang upaya untuk menciba menerapkan cara-cara yang telah dipelajari dalam berhubungan dengan orang lain.
6.1.2. Anjurkan pd klien untuk mengungkapkan marah secara verbal yang dapat diterima orang lain.
6.1.3. Ingatkan klien untuk berlatih terus cara mengungkapkan marah secara konstruktif.
| Menerapkan hal yang telah dipelajari berarti klien belajar mengidentifikasikan dirinya sendiri sehubungan dgn perkembangan di dalam proses berubah.
Tidak membuat orang lain tersinggung berarti tidak menambah konflik baru.
Dgn berlatih terus maka akan terpola dalam perilakunya.
|
|
|
| 7.1. Setelah satu kali pertemuan dgn keluarga dpt mengidentifi-kasi sikap-sikap yang membuat klien marah.
| 7.1.1. Anjurkan keluarga untuk mengidentifikasi sikap-sikap yang telah dilakukan terhadap klien selama ini.
7.1.2. Beri kesempatan pada keluarga untuk menilai sikap yang telah dilakukan terhadap klien selama ini.
| Kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi sikap, me-mungkinkan keluarga mampu melakukan penilaian terhadap perlakuan yang membuat klien marah.
Penilaian terhadap sikap sendiri akan meningkatkan kesadaran keluarga. |
|
|
|
|
|
|
2. |
|
|
|
|
|
24-4-97 | Gangguan hubungan sosial : menarik diri s/d curiga. DS :
DO :
| Tupan : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Tupen :
|
1.1. Setelah 4x pertemuan klien mau menceritakan perasaan dan persepsinya secara spontan.
1.2. Ekspresi wajah klien tampak tenang. |
1.1.1. Bina hubungan saling perca-ya :
1.1.2. Pelihara ketenangan ling-kungan , suasana hangat dan ber-sahabat.
1.2.1. Dorong dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya (menggunakan perta-nyaan terbuka)
1.1.2. Dengarkan klien dengan penuh rasa empaty. |
Terbukanya hubungan saling percaya antara klien dan perawat akan mempermudah klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Suasana lingkungan tenang dan hangat , bersahabat akan mendukung dalan komunikasi terapeutik.
Dengan pertanyaan terbuka memberikan kesempatan pd klien untuk mengekspresikan perasaannya.
Akan meningkatkan hubungan saling percaya.
|
|
|
| 2.1. Setelah 5 - 7 X pertemuan klien dapat mengenal perasaan curiganya. | 2.1.1. Adakan kontak yang sering dan singkat
2.1.2. Terima perasaan curiga sebagai hal yang nyata bagi klien tetapi tidak nyata bagi perawat. | Untuk menstimulus hal-hal yang konstruktif dan menghin-darkan persaan curiga
Menghargai pendapat klien dan menjelaskan apa yang dirasakan dan dilihat, diharap-kan hubungan saling percaya tetap terbina dan klien tidak terlena dengan kecurigaanya.
|
|
|
| 2.2. Klien dapat mengungkapkan situasi apa yang membuat klien curiga setelah 5-7x pertemuan.
| 2.2.1. Diskusikan dengan klien tentang perasaan curiga. | Mengetahui penyebab terjadi-nya curiga, sebagai bahan untuk intervensi selanjutnya. |
|
|
| 2.3. Klien dapat menyampaika n pada perawat saat terjadinya curiga. | 2.3.1. Tanyakan pada klien, dalam keadaan bagaimana curiga itu timbul. | Menigkatkan kerja sama klien dan perawat dalam mengatasi curiganya.
|
|
| 3. Klien dapat mengontrol curiganya. | 3.1. Setelah 5-7 kali pertemuan meningkatkan perhatian klien pd rangsangan realita.
| 3.1.1. Tingkatkan respon klien pd realita ; misalnya ajak klien untuk berinteraksi diyakinkan bahwa ling-kungannya tidak mendukung tim-bulnya curiga.
| Meningkatkan kerja sama perawat- klien utk mengontrol curiganya dan lingkungan terapeutik akan mengurangi perasaan curiga klien. |
|
|
| 3.2. Klien dapat mengerjakan aktivitas sehari-hari dan aktivitas yang disenangi.
3.3. Klien dapat memulai dan mempertahankan hubungan dgn orang lain.
| 3.2.1. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan aktivitas yang disenangi.
3.2.2. Puji klien apabila klien sudah mau ikut melakukan kegiatan sehari-hari.
3.31. Perkenalkan klien dgn klien lain dan mengikutsertakan dalam kegiatan bersama seperti makan, memelihara kebersihan.
3.3.2. Berikan stimulus yang konstruktif bahwa lingkungan cu-kup bersahabat.
3.3.3. Dorong klien untuk ber-komunikasi dengan lingkungan secara bertahap.
3.3.4. Lakukan terapi aktifitas kelompok yg bertujuan untuk membina hubungan sosial dan interaksi dgn lingkungan.
| Dgn kegiatan sehari-hari fokus curiganya akan ber-kurang.
Reinforcement positif sangat-lah penting dalam dalam meningkatkan kepercayaan klien.
Apabila klien sudah bisa berinteraksi dan mengenal lingkungan yang tidak mem-buatnya menjadi curiga, klien akan terhindar dari perasaan curiga.
Hal ini akan mengurangi ke-curigaan klien yang sudah terpola.
Secara bertahap disesuaikan dgn kemampuan interaksi klien.
Terapi aktivitas kelompok dgn sosialisasi sangat berarti sekali untuk klien yg menarik diri.
|
|
|
|
|
|
|
|
| 4. Keluarga dapat berperan dalam mengontrol perasaan curiga klien.
5. Klien dapat mengikuti program pengobatan.
| 4.1. Setelah satu kali home visit keluarga dapat :
4.2. Keluarga dapat membantu menurunkan perasaan curiga klien.
5.1. Kolaborasi; pemberian obat psikofarma.
| 4.1.1. Diskusi dgn keluarga tentang ;
4.2.1. Berikan motivasi keluarga agar bersikap empati dan bersahabat serta tidak membuat klien tambah curiga.
5.1.1. Menjelaskan kepada klien tujuan pengobatan.
| Dengan meningkatkan penge-tahuan keluarga tentang gangguan berhubungan curi-ga yang terjadi pada klien akan membantu keluarga dalam memberi perawatan kepada klien baik di rumah atau di rumah sakit.
Dukungan keluarga sangat dibutuhkan sekali pd klien gangguan berhubungan dgn perilaku curiga.
Hal ini dilakukan untuk meng-hindari kecurigaan klien. Dengan perhatian perawat dalam pengobatan maka terapi akan lebih tepat guna dan efektif sesuai sasaran.
|
3. 24-4-97 | Penampilan diri kurang adekuat sehubungan dengan kurang minat dalam kebersihan diri.
D.O :
D.S.
| Tupan : Penampilan klien rapih dan bersih.
Tupen :
1. Klien mampu mengungkapkan pentingnya merawat kebersihan diri sendiri.
2. Klien mampu meningkatkan kemampuan dalam merawat diri sendiri secara bertahap.
3. Keluarga dapat berperan dalam mengontrol dan memberikan dukungan terhadap perewatan kebersihan diri sendiri.
4. Klien dapat mengikuti kegiatan TAK dengan tujuan untuk meningkatkan kebersihan, klien termotivasi melakukan keber-sihan. |
1.1. Setelah dijelaskan tentang pentingnya perawatan diri sendiri, klien dapat menyebutkan kembali tujuan dan pentingnya merawat diri sendiri, dan cara memelihara kebersihan diri yang benar.
2.1. Selama klien di rawat.
2.2. Setelah 4x pertemuan klien dapat melakukan point 2.1 dengan inisiatif sendiri.
3.1. Setelah satu kali pertemuan home visit keluarga dapat mengerti tentang, manfaat kebersihan bagi klien dapat memberikan dorongan bagi klien untuk melakukan perawatan kebersihan diri.
4.1. Setelah 4x pertemuan klien dapat mengikuti TAK . Cara me-rawat kebersihan, memakai baju, membersihkan tempat tidur klien. |
1.1.1. Diskusikan dengan klien tentang tujuan dan pentingnya merawat diri sendiri. 1.1.2. Berikan motivasi klien untuk melakukan perawatan diri.
2.1.1. Dorong klien untuk mandi sendiri 2x sehari, menggunakan sabun mandi, ganti baju, dan menggunakan yang bersih, serta memperhatikan kebersihan, badan wajah, dan kukunya.
2.2. Observasi tingkat kemajuan klien dalam merawat diri sendiri.
3.1.1. Diskusikan dengan keluarga tentang konsep kebersihan/ self care pada klien
4.1.1. Lakukan TAK mengenai merawat kebersihan diri, pakai baju yang rapih, membersihkan tempat tidur.
|
Dengan mengetahui hal ini klien akan kooperatif dalam merawat diri sendiri. Motivasi sebagai stimulus external yang dapat meng-gerakkan klien.
Dengan dorongan dan mem-perhatikan kemampuan klien secara bertahap klien dapat mandiri dalam merawat diri sendiri.
Klien merasa dihargai dari apa yang selama ini dila-kukannya.
Dukungan keluarga sangat diperlukan dalam rangka self care bagi klien.
Hal ini dilakukan untuk mengingatkan dan membi-asakan klien dalam mela-kukan perawatan kebersihan diri. |
CATATAN KEPERAWATAN
No | Tanggal | Diagnosa | Implementasi | Evaluasi |
|
|
| Keperawatan |
| Resspon Klien (S dan O) | Modifikasi |
1 | 10-4-97 | Potensial melukai diri sendiri atau orang lain /amuk s/d ketidakmam puan klien mengungkap kan marah secara kons truktif. | 1.1.1. membina hubungan saling percaya dengan klien.
| Klien menerima perknalan dengan mahasiswa.
| Interaksi tetap dipertahankan.
|
| 11-4-97 | Potensial melukai diri sendiri atau orang lain /amuk s/d ketidakmam puan klien mengungka kan marah secara kons truktif. | 1.1.1. Membina hubungan saling percaya dengan klien (melanjutkan ).
1.1.1. Memelihara ketenangan lingkungan, suasana hangat dan bersahabat. | Hubungan saling percaya sudah terbina selama 3-5x pertemuan.
Klien menerima kehadiran pera wat. | Dipertahankan.
Dipertahankan. |
|
|
|
|
|
|
|
|
| 1.1.2. Mempertahankan sikap perawat secara konsisten. Dalam setiap interaksi dengan klien perawat selalu menepati janji dan berikan kontrak yang jelas, time out, serta memperhatikan kebutuhan klien. | O. Klien tampak senang setelah diberikan pujian terhadap apa yang sudah positif pada dirinya.
S. Waktu ditanya mengenai man di klien mengatakan sudah, dan ketika ditawarkan untuk perte muan lagi klien mengatakan ya. | Dipertahankan. |
|
|
|
|
|
|
|
|
| 2.1.2. Mendorong klien untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien marah dengan pertanyaan terbuka, menanyakan pada klien apa yang membuat klien marah. | O. Klien tampak cemberut, tegang, matanya datar, vena jugularisnya tampak jelas, nada suara agak tinggi pada saat mengungkapkan perasaannya. S. Klien mengatakan habis orang lain disini pada kotor, engga mau bersih-bersih, ke marin aja uang saya hilang dicuri sama klien E.
| Dilanjutkan dan mengekplorasi lagi perasaan klien. |
|
|
|
|
|
|
| 24-4-97. | Potensial melukai diri sen diri atau orang lain/ amuk s/d. Ketidak mampuan mengungkapkan marah secara konstruktif. | 1.1.1. Membina hubungan saling percaya, meng ucapkan salam, menanyakan perasaannya hari ini, menanyakan tentang kabarnya dirumah (karena klien habis cuti ) apa yang dilakukan klien di rumah, dan menanyakan perasaan klien setelah pulang. | O. Klien tampak senang diper hatikan., dan menerima kehadir an perawat. S. Klien menjawab salam , “ selamat pagi “, baik-baik saja. | Dipertahankan. |
|
|
|
|
|
|
|
|
| 1.1.2. Mempertahankan sikap perawat yang konsisten, menepati janji, kontrak yang jelas setiap pertemuan, dan melakukan time out, serta mempertahankan kebutuhan klien, dan memberikan pujian. | O. Klien tampak senang, senyum -senyum, apabila diberikan puji an. | Dipertahankan. |
|
|
|
|
|
|
|
|
| 2.1.2. Mendorong klien untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien marah dengan pertanyaan terbuka. | O. Klien tampak serius, berapi-api dalam mengungkapkan perasaannya.
S. Klien menjawab apa yang membuat klien marah yaitu “ Habis orang-orang di sini ( klien) malas-malas tidak mau bantu kerja “. | Dipertahankan dan dilanjutkan dgn explorasi yg lain.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| 5.1.1. Menanyakan pada klien , apa yang dilakukan klien bila klien marah. | O. Tampak klien tidak terbuka dan menutupi dan mengingkari apa yang sudah dilakukannya. Klien tampak cemberut dan tertunduk.
S. Klien hanya mengatakan | Dipertahankan dan perlu memo difikasi dengan memcari waktu yg tenang bagi klien.
|
|
|
|
| Tidak tahu dan saya tidak ingin membuat masalah. |
|
|
|
|
|
|
|
|
| Gangguan hubungan sosial : menarik diri S/D curiga. | 1.1.1. Membina hubungan saling percaya, bersikap konsisten, dan memelihara ketenangan lingkungan seperti Dx I.
1.1.2. Mendengarkan setiap klien bercerita dengan empati. |
O. Klien tampak bersemangat untuk bercerita, tapi kadang-kadang melantur. |
Dipertahankan dengan memper hatikan komu nikasi dengan fokusing. |
|
|
|
|
|
|
|
|
| 2.2.1. Bersama klien mendiskukan tentang curiga pada klien. | O. Klien tampak marah ketika menjawab yang membuat dia jengkel.
S. Klien menjawab “Orang-orang bikin kesel”, kagak mau kerja, bisanya bikin kotor, habis klien M sepertinya mengejek. | Dipertahankan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| Penampilan diri kurang adekuat s/d. kurang minat dalam kebersihan diri. | 1.1.1. Membina hubungan saling percaya, bersikap empati, konsisten serta memelihara ketenangan lingkungan. ( seperti Dx yang lain ).
1.1.1. Mendiskusikan dengan klien tentang :
|
O. Klien tampak tersenyum dan garuk-garuk kepala
S. Klien mengatakan kalau mandi satu hari sekali dan kadang-kadang engga mandi. Dan klien mengatakan alasan engga mau mandi “ habisnya malas “. |
Dipertahankan dan terus diberi kan stimulus. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| 25-4-97 | Potnsial melukai diri sendiri atau orang lain /amuk s/d ketidakmam-puan mengungkapkan marah secara konstruktif. | 1.1.1. Membina hubungan saling percaya sama seperti hari-hari sebelumnya.Tetap bersikap konsisten.
7. Mendiskusikan tentang keadaan keluarganya.
|
O. Klien tampak terdiam , perasaan datar.
S. Klien bercerira tentang keluarganya, bahwa sebenarnya ingin pulang kerumah tapi keluarga tidak mengijinkan , hanya bilang entar-entar aja.
|
Diperthankan dan direncanakan utk melakukan kunju ngan rumah. Utk memvalidasi data.
|
| 25-4-97 | Gangguan hubungan sosial : menarik diri s/d curiga. | 1.2.1. Mendorong klien untuk mengungkapkan apa saja yang membuat klien curiga. | O. Tampak klien menutupi perasaannya, dan banyak diam.
S. Klien hanya mengatakan tidak apa-apa. | dipertahankan dan perlu memo difikasi dengan memberikan sti mulus yg kons truktif. |
|
|
|
|
|
|
|
|
| 3.1.1. Meningkatkan respon klien terhadap realita dengan menginteraksikan klien dengan klien lain, langsung pada saat klien sedang berkumpul, memberikan pujian bila klien melakukan hal yang positif. | O Klien tampak ketawa, tampak senang.
S. Klien hanya ketawa “he..he..” |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penampilan diri kurang adekuat s/d. kurang minat dalam kebersihan diri. |
5.1.1. Memberikan obat dan mengawasi respon klien, serta menjelaskan kepada klien .
1.1.2. Pada saat mahasiswa datang, tampak klien habis ganti pakaian yang bersih dan baru. langsung perawat memberikan pujian dan langsung mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan dan bagaimana caranya memelihara kebersihan , serta menunjukkan kepada klien tanda-tanda kalau badan bersih, dan penampilan bersih.
1.1. Memperhatikan kebersihan klien setelah mandi dan memberikan pujian, serta memberikan contoh langsung kalau tanda badan bersih. | O.Klien tampak memakan obat yang diberikan,
S. Klien mengatakan kalau selalu minum obat, bahkan kalu cuti klien selalu membawa obat.
O. Dengan pujian klien tampak senang, dan tersenyum-senyum, dan langsung mengambil alat-alat mandi.
S. Klien mengatakan saya belum mandi, kalau begitu mandi yah.
O. Klien tampak tersenyum, dan merapihkan rambutnya yang masih basah.
S. Klien mengatakan kalau habis mandi seger dan engga gatal. | Dipertahankan.
Dipertahankan.
Dipertahankan.
|
|
|
|
|
|
|
| 1-5-97. | Potensial melukai diri sendiri atau orang lain/amuk s/d ketidakmampuan mengungkapkan marah secara konstruktif.
| 1.1.1 Menciptakan suasana menerima klien.
3.1.2. Mendiskusikan dengan klien tentang tanda-tanda yang biasa terjadi pada orang yang sedang marah.
4.1.1. Mendorong klien untuk mengatakan cara-cara yang dilakukan bila klien marah.
5.1.1. Mendiskusikan dengan klien cara meng-ungkapkan marah yang konstruktif yaitu melatih untuk relaksasi, memberikan pujian kepada klien atas keberhasilannya.
7.1.1. Pada saat kunjungan Jam 19.00 WIB Menganjurkan kepada keluarga untuk meng identifikasi yang sudah dilakukan keluarga pada saat klien marah. Diskusikan dengan keluarga penanganan klien marah.
| O. Klien tersenyum dan mem balas salam dari perawat. Klien menentukn sendiri tempat untuk berkomunikasi, dan klien tampak senang. S. Klien mengatakan senang.
O. Iklien tampak berantusias untuk menjawab S. Dengan suara tegas klien mengatakan kalau marah, cemberut, muka merah, dada terasa sesak, tubuh gemetar.
O. Klien tampak tegang.
S. Klien mengatakan kalau marah, ngamuk, kadang-kadang pengen mukul orang, banting pintu dan suara keras.Serta klien mengatakan kalau marah engga enak cape.
O. Klien mencontohkan tehnik relaksasi dengan menarik napas dalam, klien tersenyum, dan menunduk. S. Klien mengatakan enak habis tarik napas.
O. Keluarga tampak terbuka. S. Keluarga mengatakan kalau klin sedang marah keluarga diam.
| Dipertahankan.
Dipertahankan
Dipertahankan
Dipertahankan
Dipertahankan |
|
| Gangguan hubungan sosial : menarik diri s/d curiga.
Penampilan diri kurang adekuat s/d kurang minat dalam kebersihan diri | 1.1.1 Membina hubungan saling percaya seperti pada Dx. I.
2.3.1. Bersama-sama klien mengidentifikasi situasi yang menimbulkan curiga.
3.1.1. Mendiskusikan dengan klien tentang pen-tingnya kebersihan diri. Mendorong klien untuk mau mengurus kebersihan diri.Memberikan pujian pada klien dengan niat untuk kebersihan diri. |
O. Klien tampak menunjukkan ketegangan. S. Klien mengatakan merasa kesal sama teman-teman klien lain karena mereka malas-malas, klien mengatakan engga tahu.
O. Klien tersenyum dan sambil garok-garok kepala. S. Klien mengatakan mau mandi. klien mengatakan malas mandi.
|
Dipertahankan.
Dipertahankan.
|
| 9-5-97 | 1. Potensial melukai diri sendiri dan orang lain/ amuk s/d ketidak mam puan klien mengung kapkan marah secara konstruktif. | 1.1.2. Menciptakan suasana menerima klien :
5.1.1.Mendiskusikan dgn klien cara meng ungkapkan marah secara konstruktif misalnya dgn :
| O. Klien tampak tersenyum, senang. S: “Selamat pagi” “Ngobrol disana saja” “Ya, kita bcara cara marah yang baik”
O: Klien ikut dalam kegiatan Klien aktif dalam kegiatan TAK namun suaranya kadang masih keras. TAK dalam rangka membuat selingan aktivitas S: “Kalau lgi marah saya ngamuk”
|
|
|
| 2. Gangguan hubungan sosial : menarik diri s/d curiga | 1.1.1. Membina hubungan saling percaya (sepert diagnosa no.1) 1.1.2. Memelihara lingkungan yang hangat dan ersahabat
2.1.2. menerima curuga sebagai hal yang nyata pada klien dan memberi penapat bahwa situasi yang dilihat tidak membua perawat curuigadan tak membahayakan.
3.3.4. Mengikut sertakan klien dalam TAK “Sosialisasi” dan menunjukkan pada klien bahwa klien yang lain cukup bersahabat.
|
O: Nada suara klien tidak tinggi S : “Saya senang tempat yang tenangtidak ramai” S: “Mereka malas semua ,tidak mau kerja” O.
O. Klien dapat mengikuti TAK sosialisasi. S. Klien mengatakan senang mengikuti TAK. | Pertahankan
Pertahankan
|
|
|
3. Penampilan diri kurang adekuat s/d kurang minat dalam merawat diri |
1.1.2. memberikan motivasi klien untuk melakukan perawtan diri |
O: -Klien mandi jam 11.00 - Ganti baju aru S:”Kalua tidak bersih gatal” “Saya mau mandi 2x sehari”
|
Petahankan |
No | Tgl. | Dx. Keperawatan |
| Perencanaan |
| Rasional |
|
|
| Tujuan | Kriteria Evaluasi | Tindakan Keperawatan |
|
1. | 17/4/97 | Potensial Halusinasi s/d peri-laku menarik diri.
Data Obyektif: klien menyendiri dipojok tidur telanjang dengan posisi fetus tidak berespon terhadap sapan perawat tidak berinteraksi dengan perawat dan klien lain beranjak dari tempatnya hanya waktu makan
Data Subyektif: Ibu mengatakan, sejak mengalami gegar otak, klien lebih pendian dan sering menyendiri di kamar
| Klien tidak mengalami halusinasi. Tupen :
|
1.1. Sesudah 2 kali pertemuan, klien dapat berinteraksi dengan perawat.
|
1.1.1 Bina hubungan saling percaya :
|
Dengan terbinanya hubungan saling percaya dan berfokus pada hal-hal yang disukai klien, diharapkan klien merasa bahwa peawat memperhatikan, dan klien mau terbuka sehingga memudahkan intervensi
|
|
|
|
|
| 1.1.2 Kontrol penampilan perawat - selalu siap bila dibutuhkan klien - Jawab pertanyaan klien secara jujur -perhatikan perilaku yang sesuai oleh semua tim kep. seperti;sama-sama menggunakan komunikasi trapeutik dlm mendenkati klien. - hindari pola komunikasi yang memaksa, bersikap rahasia di dekat klien, sikap tidak menghargai klien.
| Sikap perawat yang tidak tepat dapat menimbulkan rasa tidak berharga pda klien dan merusak hubungan saling percaya.
|
|
|
| 2. Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri dari lingkungan sosial. | 2.1 Klien akan mengekspresikan perasaannya setelah pertemuan 2 kali.
| 2.1.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya 2.1.2 Gunakan tehnik komunikasi terapeutik . 2.1.3 Bersama-sama klien mengidentifikasi kerugian jika klien tidak berhubungan dengan orang lain. 2.1.4 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
| Dengan mengungkapkan perasaannya berarti klien dapat mengungkapkan masalahnya sehingga klien mau /termotivasi untuk mengidentifikasi kerugiannya jika tidak berhubungan dengan orang lain, dan akan meningkatkan harga diri klien. |
|
|
|
| 2.2 Klien akan menyatakan kepuasannya atas hubungan dengan perawat sesudah 2 kali pertemuan. | 2.2.1 Dorong klien mengungkapkan perasaanya terhadap hubungan dengan perawat. | Perasaan puas terhadap hubungan /interaksi dengan perawat memotivasi kli en untuk melanjutkan tahap interaksi
|
|
|
| 3. Klien menunjukkan penurunan perilaku menarik diri
4. Keluarga dapat berpartisipasi diri dalam perawatan klien
| Setelah 5 kali pertemuan klien dapat berhubungan dengan perawat dan klien lain yang ada di ruangan
Setelah 6-8 kali pertemuan klien dapat mengembangkan hubungan melalui; Keikutsertaan dalam aktifitas di ruangan Keikutsertaan dalam kelompok terapi Inisiatip berinteraksi dengan orang lain
Keluarga dapat menyebutkan hal-hal yang harus dilakukan selama klien di rawat di rumah sakit Menjenguk klien minmal satu kali seminggu Ikut terlibat dalam perawatan dan pengobatan
| Secara bertahap libatkan klien dalam kelompok, misalnya menghadirkan 1 - 2 orang dengan klien lain dalam berkomunikasi.
Usahakan pesan verbal dan non verbal secara singkat, jelas dan konsisten selama komunikasi
Lakukan percakapan dan interaksi secara singkat dan sering
Beri reinforcement positif atas apa yang telah dicapai klien
Gunakan tehnik bermain peran untuk membantu klien mengenal perasaan, pikiran, serta respon yang dialami dalam menghadapi situasi berhubungan dengan orang lain
Motivasi klien untuk mengikuti aktivitas di ruangan; membersihkan ruangan, menyapu, mengepel, membersihkan kamar mandi
Beri penjelasan tentang tindakan dan beri reinforcement positip atas keikutsertaan klien dalam kelompok
Beri penjelasan dari keikutsertaan klien dalam kelompok dan diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk mengisi waktu luang
Anjurkan klien mengevaluasi secara mandiri manfaat dari berhubungan dengan orang lain.
Diskusikan dengan anggota keluarga : perilaku klien menarik diri penyebab perilaku menarik diri dan cara keluarga menghadapi klien yang menarik diri
| Dengan mengikutsertakan satu atau dua perawat, memungkinkan klien berkomunikasi secara bertahap.
Memudahkan klien untuk memahami komunikasi yang disampaikan.
Menghindari kejenuhan klien
Meningkatkan harga diri klien.
Bermain peran merupakan salah satu curahan atau ekspresi perasaan seseorang
Meningkatkan harga diri klien melalui pemenuhan kebutuhan berinteraksi dengan orang lain dan menurunkan kemungkinan menarik diri
Memperkembangkan hubungan dengan sesamanya dapat berlanjut
Menggali perasaan klien setelah berhubungan dengan orang lain
Pengetahuan keluarga tentang perilksku menarik diri merupakan bekal untuk berpartisipasi dalam perawatan klien |
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda sangat bermanfaat untuk kemajuan blog ini lebih baik ^_^
Anda boleh mencopy paste asalkan mencantumkan link hidup ke postingan ini.